Iseng-iseng...

kita seminaris!!!

aku dan angkatan 21

pelantikan AMASON...!!!

Jatra-Sulee

Banyak Gaya

Karikatur Eurekaaa..!!!(lagi)


Karikatur Eureka































































Oleh: Kartunis Eureka

Peziarahan setelah Live-in

Kamis, 11 Februari 2010 (Hari terakhir Live-in Seminari Tinggi)


Saya memulai hari ini dengan misa pagi terlebih dahulu. Hari ini saya bangun dengan sangat tepat waktu, jam 05.00 tepat. Lalu saat perayaan ekaristi, terutama saat kami saling membagi-bagikan tubuh dan darah kristus, saya merasakan hal ini seperti benar-benar mengikuti perjamuan kudus yang nyata, seperti masa Yesus. Dan hari ini saya baru benar-benar menyadari bahwa saya sangat terpesona melihat lambang CICM yang sangat besar dibelakang altar dengan kaca patri yang menyala karena kilatan lampu. Saya merasakan benar-benar seperti ada kekuatan tersendiri dari lambang itu. Setelah misa sayapun langsung makan pagi. Setelah makan pagi, Saya sempat tertidur sebentar hingga dibangunkan oleh Fr.Yadi,CICM untuk diajak kekamarnya. Disana saya diberikan kebebasan untuk memakai segala peralatan yang ada dalam kamarnya, termasuk laptop. Disini saya melihat bahwa mereka ini sangatlah loyal. Lalu setelah saya mulai bosan, Saya memutuskan untuk pergi ke warnet pada jam 10.00. Setelah dari warnet untuk mengecek teman-teman yang lain pulang hari apa dan ternyata mereka pulang pada tanggal 12 Februari, jadi saya salah informasi yang tadinya saya mengira bahwa Saya pulang hari ini.
Sepulang dari warnet, Saya langsung kembali ke SST dan bertemu serta bercengkrama dengan tukang kebun yang telah bekerja untuk SST selama 12 tahun. Tukang kebun yang terlihat lemas karena bekerja dalam kondisi matahari yang terik itupun bertanya banyak hal kepada saya, bagaimana cara untuk masuk ke seminari, karena ia ingin memasukan anaknya ke Seminari, tepatnya seminari menegah. Alasan ia ingin memaskan anaknya ke seminari antara lain karena ia sudah tidak sanggup lagi ditekan oleh pihak sekolah Strada yang seringkali menghina keluarganya karena kerapkali tidak membayar uang sekolah tepat pada waktunya. Setelah kami berbicara panjang lebar, ia menceritakan keluh kesah semasa hidupnya.
Saya disini selalu mencoba untuk terus dapat berkomunikasi dengan siapapun di SST ini. Saat makan siang hari ini, saya bertemu dengan Rm.Herwine,CICM, ia adalah rektor SST ini, dan sebelumnya saya sempat berbincang-bincang beberapa kali dengannya di Seminari Menengah Wacana Bhakti. Setelah makan siang, saya langsung saja menyiapkan barang-barang saya untuk dibawa kembali ke Seminari Menengah. Tetapi sebenarnya saya masih bingung untuk masalah pulang ke seminari karena salah informasi, sayapun sejenak berpikir untuk mencari jalan lain untuk dapat lebih memaknai perjanan live-in ini.
Setelah para Frater telah kembali dari STF Driyarkara, kami komunitas pergi menuju Kp. Ambon untuk menonton pertandingan antara Frater CICM yang di Rawa Domba dan Frater CICM di SST ini. Pertandingan antar ordo atau tarekat di seluruh STF hari ini sungguh menarik, terutama saat derbi CICM, karena dari keduanya adalah sama-sama tarekat yang sangat gemar bermain sepak bola, apalagi mereka kebanyakan adalah orang-orang dari Indonesia Timur. Akhirnya pertandingan inipun dimenangkan oleh CICM yang berada di Rawa domba dengan skor 3-2. Suasana yang panas menjadi lebih dingin ketika pertandingan telah berakhir.
Sayapun pulang dari Kp. ambon sekitar jam 6.20 dan sampai di daerah sunan giri jam 19.00. Saya saat di sunan giri sangat bimbang, apakah saya harus langsung kembali ke Seminari Menengah Wacana Bhakti dan pulang lebih cepat daripada yang lain tau saya mencari tempat tinggal untuk menetap sementara. Setelah beberapa saat Saya berpikir di sebuah warung, akhirnya saya memiliki ide untuk menetap di warung pinggir jalan yang tak lain adalah warung milik para pemulung. Awalnya saya merasa malu untuk meminta-minta, apalagi untuk meminta menetap beberapa hari. Sayapun memulai pertanyaan saya di sebuah warung tersebut, ”apakah Saya boleh menginap semalam Bu?, Saya ingin bermalam disini karena saya sudah sangat lelah.”, pernyataan saya inipun langsung ditolak secara halus oleh seorang ibu yang berumur sekitar 60 an dan masih memiliki badan yang gemuk. ”Disini sudah tidak ada tempat dek, kami saja tidur sudah empet-empetan”. Baiklah, saya mencari tempat lain yang sekiranya mau menerima saya.
Setelah ”ditolak” secara halus, saya bergegas mencari tempat lain. Target saya adalah sebuah warung tegal, karena saya takut untuk ditolak lagi, sayapun melakukan pendekatan dengan cara membeli makanan di warung tegal tersebut sekaligus mengisi perut saya yang mulai lapar. Jam menunjukan pukul 20.00. Setelah makan, saya mencoba kembali bertanya untuk menetap di warung tegal tersebut. Alhasil, saya ditolak kembali. Dari kejadian ini saya melihat bahwa sangat sedih apabila ditolak oleh sesama, lebih sakit daripada ditampar berkali-kali, karena sangat malu.
Maka saya putuskan beristirahat sejenak di Halte Bus, setelah sekitar 5 menit di halte bus, tiba-tiba ada seorang banci yang berjalan kearah saya, sayapun secara refleks langsung kaget dan kabur seketika, karena ia mau menghampiri saya yang sedang merebahkan diri di bangku halte bus itu. Sayapun terus berlari menyusuri jalan bus transjakarta untuk dapat kembali ke Seminari. Pengalaman ini mengajak saya untuk mencoba belajar memahami sesama saya, perasaan yang dominan dari dalam diri saya ini dalam mencari rumah sebenarnya malu karena seringkali ditolak, tetapi saya semakin merasa semakin ditolak, semakin juga saya berusaha atau bersemangat mencari rumah karena saya sadar, Maria seringkali ditolak saat ingin melahirkan Yesus, dan akhirnya ia mendapatkan hal yang luar biasa, saya juga berharap atas kejadian ini, semoga ada maksud tersendiri adri Tuhan saat saya ditolak di rumah-rumah.Kekerasa maalam antar anak jalanan sayapun melihatnya secara langsung, saya merasa semakion tertarik menjadi misionaris dan membagikan kasih diantara kaum yang terpinggirkan tersebut. Selama di perjalanan saya merasa ada malaikat pelindung yang selalu menjagaku, sehingga sampai saat di Seminari dengan selamat. Ini adalah pengalaman berharga saya.