Selamat Jalan Opa


Pada tanggal 29 maret 2010, pukul 09.30, saya meninggalkan seminari dan sekolah untuk melayat "datuk" saya yang telah meninggal di Rempoa. Saya sangat ingin melihat untuk terakhir kalinya karena semenjak kecil, saya tinggal bersamanya sampai sekitar umur 5 tahun. Setiap ia pulang, ia selalu membawa Mc.Donald dan mainannya. Keluarga mereka beragama muslim, tapi saya tidak merasa risih dengan keadaan seperti ini, penguburan kopassus baru saya lihat kali ini, kami semua berjalan beriringan menuju pemakaman dan Ayah saya sebagai yang memimpin perjalanan dan diikuti oleh beberapa tronton yang penuh dengan prajurit kopassus. Suara tembakan dan terompetpun mengiringi pemakaman opa saya. Hari ini seluruh keluarga berkumpul bersama untuk melayat.


Selamat Jalan Alm.Letkol Infantri Zakaria M.A.(Purn.)...

Panorama Gn. Lawu



Hasil pendakian..



ttd:valen dan edel

yah.. libur kenaikan saya mau nyusul valen juga, berangkat ke Gn. Lawu

Tablo 2010

Kisah Sengsara Yesus Kristus..

Tri hari sucipun berakhir.. Kali ini saya merasa lucu juga dengan pengalaman tri hari suci yang hanya 2 tahun sekali diadakan bersama di seminari menengah wacana bhakti ini..
Seperti pada saat saya mengikuti tablo jalan Salib pada hari Jumat Agung, dimana saya menjadi algojo, orang yang dengan senang hati dan sangat lepas untuk “menghajar” Yesus. Peran saya sangat menantang ketimbang dua tahun lalu, karena dalam hal ini saya dituntut untuk dapat membawa umat dapat lebih memaknai penderitaan Yesus, atau diharapkan algojolah yang membuat Umat terhanyut dan menangis. Tablo pun dimulai dan diselesaikan dengan baik (menurut saya). Dan saya sangat bangga dimana carol, orang yang menurut saya memiliki jiwa seni yang tinggi di WB ini memberi salam terimakasih kepada saya dengan lebih. Saya tahu umat banyak yang kesal dengan algojo pada hari ini.
Umat yang kesal dengan algojo atau saya ini baru saya ketahui disaat ada pesta intern saat setelah misa malam paskah. Saya diberi tahu oleh beberapa suster OP yang bertugas di seminari ini, dimana ada banyak suster OP dan orang-orang dari paroki lain yang menyaksikan kisah sengsara hingga akhirnya membenci “algojo”-”saya” (Disini saya merasa dapat memerankan peran yang baik, karena dapat membawa emosi umat) . Tapi mereka sangat bingung dan lucu ketika melihat saya menjadi misdinar saat Misa Jumat Agung dan terlebih mereka lebih kaget pada saat Sabtu suci atau malam paskah dimana saya menjadi Lektor. Jadi saya merasa terkesan sekali dengan tablo kali ini..!!