Hari yang telah lama ditunggu akhirnya datang juga,
Temu Kolese. Saya adalah seminaris dari Seminari Wacana Bhakti,
Jakarta. Pada tahun kedua ini, saya mamasuki tahun pertama saya atau kelas satu di SMA Gonzaga, yang merupakan salahsatu dari 8
kolese di
Indonesia. Kolese merupakan lembaga pendidikan yang di atasi oleh ordo Jesuit( Serikat Jesus). Pada tanggal 13-16 oktober, SMA Gonzaga mengikuti acara Temu Kolese di Mertoyudan yang diadakan rutin selama 4 tahun sekali. Acara temu kolese kali ini, memiliki tema “bersahabat membangun karakter”.
Rancangan Temu Kolese tahun 2008 ingin melanjutkan rancangan yang telah dimulai pada Temu Kolese tahun 2004 dengan sedikit perubahan. Rancangan Temu Kolese kali ini adalah murni kolaborasi sehingga diharapkan dapat membuat para siswa-siswi Kolese untuk semakin menghayati nilai-nilai persaudaraan dan kerja sama sebagai bekal masa depan mereka. Selain itu, dengan tema Bersahabat Membangun Karakter juga diharapkan semakin mendaratnya 3C (competence, Conscience, Compassion) yang merupakan dasar setiap kolese.
Pada tanggal 13 Oktober 2008 jam 09.00 WIB, upacara pembukaan temu kolese dilaksanakan. Upacara diikuti oleh seluruh kontingen temu kolese 2008 dari 6 kolese dan 1 seminari yaitu Kolese Kanisius, Kolese Gonzaga, Kolese DeBritto, Kolese Loyola, Kolese Mikael, Kolese PIKA dan Seminari Mertoyudan. Upacara turut dihadiri oleh Pater Provinsial Yesuit dan juga kepala sekolah dan moderator dari masing-masing kolese. Acara yang berdurasi satu jam terdiri dari defile setiap kolese memiliki ciri khas masing-masing. Kolese Kanisius dengan pakaian kecak, Kolese Loyola dengan seragam Loyola deMAGZ, Kolese Mikael dengan malaikatnya, Kolese PIKA dengan manusia kayu. Sementara itu, Kolese Gonzaga dengan pakaian abang none dari Jakarta dan yang paling berbeda dari yang lain adalah Seminari Mertoyudan yang tampil dengan pakaian dan perlengkapan pastor yang menunjukan bahwa mereka lebih fokus pada hal yang kerohanian, sebenarnya saya juga seminaris yang ingin memakai jubah pastur itu.
Pada hari pertama, demi meningkatkan kekerabatan dalam berkolaborasi di acara temu kolese ini, panitia mengadakan acara relaksasi di joglo semangat seminari mertoyudan, disini saya sangat bersemangat untuk bergoyang bersama kontingen kolese lain. Acara yang diadakan setelah makan malam, pukul delapan malam ini menjadi wadah bagi para peserta temu kolese untuk saling berbagi cerita dan pengalaman. Canda dan tawa mewarnai suasana sekitar joglo semangat, keakraban mulai terbentuk dihari pertama ini, walaupun saya sebenarnya pemalu, tapi dalam keadaan ini, saya merasa ingin bergoyang bersama kontingen lain.
Pada acara relaksasi ini pertama-tama, saya menonton penampilan band dari kolese Mikael dan disambung dengan anak-anak dari kolese de Britto. Dalam acara ini terlihat sekali antusias para peserta. Kekompakan juga ditunjukkan oleh kolese de Britto yang mempelopori para peserta untuk bisa menikmati acara ini. Beberapa siswa dari kolese de Britto maju dan menyanyi sehingga membuat penonton berjoged dan ikut bernyanyi bersama, sehingga suasana mulai mencair. Namun, menurut saya, acara ini belum dapat memaksimalkan kolaborasi, karena dalam acara ini kolaborasi masih belum terlalu tampak. Hanya kolese-kolese tertentu yang ambil bagian dalam acara ini. Akan lebih baik jika penampilan ini dibagi dan direncanakan dengan lebih baik.
Lalu pada sore harinya, dimulailah pembagian tim, karena saya mewakili Gonzaga untuk pertandingan sepak bola, sayapun langsung berkumpul bersama dengan seluruh peserta sepak bola dari 7 kolese yang ditujukan untuk membuat tim kolaborasi. Tepat pada pukul 2 pun, pembagian tim kolaborasi dimulai. Saya membentuk satu
tim, yang bernama tim Marseille, yang terdiri dari anggota 7 kolese ini. Pada hari ini, saya belum melakukan pertandingan. Pada hari selasa 14 oktober, saya dari pagi hari, mulai bertanding dengan tim Manchester United, dan kami menang telak, 4-0, dan saya juga menyumbangkan gol dengan menggiring si kulit bundar melewati sang penjaga terkhir, kiper. Setelah pertandingan ini, kami melakuakan pemaknaan atau berefleksi tentang pertandingan tersebut. Setelah itu, saya tidur, dan bangun kembali pada jam 17.00 untuk bertanding melawan tim Real Madrid, kami pada hari ini memenangkan pertandingan melawan Real Madrid juga dengan skor 3-2, walaupun kami menang, tetapi kami sangat kecewa akan pertandingan tersebut, dikarenakan oleh kiper saya gegar otak ringan, dan banyak dari tim saya yang terkilir, bahkan tim yang saya lawan kepalanya bocor. Jadi dalam pertandingan ini, dapat dilihat bahwa kurang adanya rasa Sportifitas yang tinggi dari para pemain. Hari inipun ditutup dengan refleksi.
Pada hari Rabu, tepatnya 15 oktober, karena tim saya lolos ke babak perempat final, kami bertanding kembali untuk dapat lolos ke babak yang ditunggu-tunggu, babak final. Setelah kami bergelut dalam pertandingan, akhirnya kamipun lolos ke babak final.
Dibabak final, tim Marseille yang bertanding selama 3 pertandingan inipun akhirnya menempuh pertandingan terakhir melawan Bayern Muenchen. Pada jam 8 pagi, tim Marseille dan Bayern Muenchen pun telah bersiap-siap dengan kostumnya masing-masing di lapangan utama Seminari Mertoyudan. Sayapun menjadi striker, yang diharapkan dapat menembus benteng pertahanan lawan. Pertandinganpun berjalan sangat menarik, karena dapat dilihat banyak sekali penonton yang antusias untuk menonton pertandingan ini, setelah kami bermain selama 1 jam penuh, akhirnya tim saya, Marseille dapat memenangkan pertandingan ini, dan dapat merebut posisi teratas, juara I. Kami sendiri sebenarnya tidak memiliki tujuan benar untuk menjdai juara, tapi kami hanya terfokus dengan kebersamaan dan rasa percaya terhadap tim kami.
Setelah seluruh rangkaian acara pada hari kamis ini selesai, lalu dilanjutkan dengan Misa dan kembali ke Kolese masing-masing, dan pada malam rabu, diadakan pentas seni yang amat menarik dengan masing-masig kolese menyumbangkan acara yang dipadu dalam sebuah drama, sehingga akhirnya kami semua, anak kolese merasa bersatu dan menyanyikan yel ”kolese bersatu, tak bisa dikalahkan” berulang-ulang. Dan bernyanyi pada malam itu bersama-sama. Malam dingin itupun terasa hangat untuk seluruh peserta kolese. Pada sekitar jam 12 siang, kami Kolese dari Gonzaga langsung izin kepada seluruh peserta kolese untuk kembali ke Kolese kami tercinta, Kolese Gonzaga.
Sebelum kami kembali ke Jakarta kami mampir dahulu ke Malioboro, pada saat saya ingin membeli cinderamata, ternyata uang yang saya bawa untuk temu kolese ini telah hilang, entah siapa yang mengambil, maka dari itu saya tidak menuduh siapa-siapa, karena saya tahu bahwa uang itu susah untuk dikembalikan dari yang mencuri uang saya itu, karena saya ingat betul, bahwa uang saya, saya taruh di dalam dompet itu, saya taruh dalam-dalam di tas, tapi tenryata hilang begitu saja. Ini juga merupakan refleksi saya agar saya tidak ceroboh dan selalu waspada, karena ”kejahatan terjadi bukan dari niat pelakunya, tapi karena ada kesempatan” jadi saya harus selalu waspada.
Inilah cerita saya saat saya mengikuti Temu kolese di Seminari Mertoyudan,13-16 oktober 2008. Saya mendapatkan banyak pelajaran untuk dapat bersahabat dengan siapapun tanpa memandang pebedaan antar sesama.