ANTARA KEPUASAN HATI DAN KEINDAHAN ALAM

Saya adalah seorang Seminaris dari Seminari Wacana Bhakti yang berada pada tahun kedua. Kejadian- kejadian yang akan saya ceritakan ini terjadi pada saat saya sedang menikmati libur Lebaran yang jatuh dari tanggal 28 september- 4 oktober 2008, saya memulai libur Lebaran pada dimulai dari hari senin, yang disebabkan oleh pada hari Sabtu dan Minggu saya mengikuti expo panggilan di Gereja St.Bonaventura, Pulo mas. Selesainya dari expo panggilan di St.Bonaventura, Pulo mas, saya segera beristirahat, agar esok harinya dapat bangun tidur dan mengikuti Misa pagi di Seminari Wacana Bhakti dengan segar.

Hari senin yang indah, aku berniat untuk kembali ke rumah dari Seminari Wacana Bhakti setelah selesainya dari Misa pagi yang biasa saya lakukan di kapel Seminari. Pada saat saya bersiap untuk kembali ke rumah, saya didatangi oleh pamong Seminari saya, yaitu Fr.Hepi, Ia memberitahu saya, bahwa saya diajak oleh keluarga besar saya untuk pergi ke Bandung. Lalu saya saat itu saya memalingkan tujuan saya dari kembali ke rumah saya, menjadi pergi ke rumah nenek saya, didaerah Jakarta utara, karena keluarga besar saya telah berkumpul disana. Saya berangkat dari Jakarta pada tanggal 30 september 2008 menuju ke Lembang, Bandung. Sesampainya di Bandung, saya menempati sebuah Villa, Villa Puteri Gunung. Pada hari selasa ini, saya langsung pergi ke Tangkuban Perahu, sesampainya disana saya melihat keindahan alam yang sungguh menarik, bahwa di suatu kawah, dikelilingi oleh gunung yang membentuk Perahu yang sesuai dengan mitosnya. Lalu setelah saya rasa hari mulai beranjak sore dan kabut mulai turun ke kawah, saya dan keluarga saya tanpa membuang waktu, langsung saja kami berangkat ke Sari Ater, Ciater, agar dapat menikmati air panas dari alam langsung. Setelah saya menikmati pijitan hangat pada seluruh daerah kaki saya yang saya rendam di air hangat itu, sayapun langsung kembali keVilla untuk beristirahat sejenak. Hingga pada malam harinya, saya dan beberapa dari keluarga saya, pergi ke suatu tempat, yang dapat langsung melihat keindahan kota Bandung, yaitu The Peak. Dengan berteman sepasang pisang keju dan kopi hangat saja, saya melihat indahnya Bandung di malam hari. Setelah saya dan keluaga saya mengisi perut kami yang lapar, kamipun berniat kembali ke Villa. Kami semua berniat untuk mencari jalan lain, agar dapat mengenal jalan-jalan di pelosok Bandung ini, Sesampainya ditengah jalan, saya melihat sesosok tubuh yang memakai baju putih polos dengan tidak memiliki kepala berada di pinggir jalan yang akan kami lewati. Saya berfikir bahwa hanya saya saja yang berimajinasi, tetapi ternyata seluruh keluarga saya yang ada di dalam mobil juga melihat kejadian tersebut, jadi mobil yang kami naiki langsung berbalik arah dan kembali ke jalan yang benar. Jadi pada hari ini, saya telah melihat banyak keindahan alam dari Gunung Tangkuban Perahu sampai sesosok mahkluk yang diciptakan juga oleh Tuhan. Dari sinilah, saya dapat menarik kesimpulan, bahwa Tuhan telah memberikan keindahan alamnya pada kita, maka sebisa mungkin kita harus dapat menjaga keindahan alam tersebut dengan berbagai macam cara. Janganlah merusak ataupun mengganggu dari seluruh kekayaan alam yang diberikan Allah Tuhan kita.

Setelah sesudah hari yang melelahkan kemarin berlalu, saya pun memulai hari rabu ini, dengan berolahraga pagi. Pada siang harinya, saya dan keluarga besar saya berniat untuk pergi ke Ciwidey, untuk pergi ke Kawah putih, melihat keindahan alam di atas gunung. Saya pergi dengan beberapa keluarga saya dengan menaiki 2 buah mobil. Sesampainya di pintu gerbang pusat pariwisata Kawah Putih, keluarga saya yang telah berpengalaman berkali- kali naik turun pada waktu yang silam, jadi tidak semua keluarga saya ikut. Karena mobil yang kami bawa dari Jakarta takut kotor, dan lintasan perjalanan atau track yang akan dilewati tidak dapat dibilang mudah, maka kami sekeluarga menyewa Otang-ating (Semacam angkutan umum) yang dikhususkan hanya beroperasi di wilayah Kawah Putih saja. Sesampainya kami di Kawah putih, saya sangat ditakjubkan dengan keindahan alam yang sungguh luar biasa, saya merasakan adanya keindahan yang diciptakan oleh Tuhan,”Indah” itulah yang ada dipemikiran saya setelah saya mulai melihat pemandangan di Kawah Putih ini. Hawa dingin dengan kawah belerang panas yang saya rasakan disini amat sangat menarik hati saya untuk terus melihat keindahan Alam ini. Setelah saya merasa puas dan kabut mulai menebal, saya telah melihat pemandangan yang tak pernah saya temui di Jakarta, saya dan keluarga saya pun turun Gunung dengan menaiki Otang ating yang kami naiki sewaktu berangkat tadi , Pada saat itu waktu menuunjukan sekitar pukul 18.30, dimana keadaan di Hutan sungguh sudah amat gelap. Dan ada suatu jalan yang benar-benar menyulitkan para pengendara, di mana jalan yang dilewati sangat licin dan berbentuk belokan yang menurun ke kanan. Jadi, pada saat mobil yang kami naiki seharusnya bejalan pelan kearah kanan dengan pelan, tetapi malah mobil yang telah direm dengan sangat pakem dan kencang, tanpa disadari mobil yang kami naiki ternyata selip dan menyebabkan mobil langsung berjalan dengan kencang, mobil yang kami naiki pun tidak dapat dikuasai sang sopir dengan baik, mobil bukannya berjalan kearah kanan, akan tetapi berjalan ke arah kiri, yang dimana, jalan disebelah kiri ini merupakan jurang yang cukup dalam. “Panik dan takut”, itulah yang dirasakan seluruh penumpang, dan sopir. Dengan bersamaan, tanpa diberi aba-aba, keluarga saya berteriak dengan menyebut nama “Jesus” dan sopir juga sudah membaca ayat-ayat agamanya. Setelah hampir 2 atau 3 meter lagi menuju jurang, tiba-tiba, mobil yang kami naiki terbanting kearah kanan, sehingga menabrak tebing. Keheninganpun langsung tercipta saat, saya melihat kepanikan di raut wajah keluarga saya. Setelah keadaan mulai membaik dan suasana hati sudah lebih membaik, kami putuskan untuk kembali ke Villa. Lalu dengan mobil otang-ating kami menuruni Gunung tersebut sampai ke kaki gunung dengan hati-hati dan sangat pelan. Jadi, disini saya dapat melihat bahwa manusia itu biasa mengingat kepercayaannya akan agama yang dianutnya dalam waktu yang terdesak. Dan saya juga melihat adanya rahmat perlindungan yang diberikannya pada saya dan keluarga saya. Jadi, apapun yang terjadi dan kapanpun terjadinya sudah seharusnyalah kita selalu mengingat, percaya dan menyerahkan diri seutuhnya pada Tuhan Jesus, Allah kita.

Emanuel albert jaya saputra

Seminari Wacana Bhakti