Refleksi Retret di Canossa, Tangerang






“Segalanya butuh persiapan”, berawal dari seluruh pengalaman saya sebelum memulai retret, saya merasa kegiatan saya di Seminari ini berkurang kepadatannya terutama saat masa-masa setelah ulangan umum. Disaat-saat ini saya memperbanyak waktu istirahat saya, karena saya sadari diri saya memiliki fisik yang kurang baik selain juga untuk dapat menpersiapkan fisik saya nanti saat retret di Canossa yang dibawakan oleh Rm. Adi Prasojo agar saya dapat mendapatkan makna dari retret yang saya cari dan mau diberikan oleh Romo Pembimbing.

Perasaan ataupun disposisi batin yang yang saya hadapi sebelum mengikuti retret kelas 2 ini adalah bahwa saya memiliki keadaan diri yang sedang konsolasi ataupun sedang tidak memiliki niat sama sekali untuk menyelewengkan tujuan saya di Seminari, walaupun memang tidak dapat dipungkiri, bahwa saya memiliki beberapa hambatan untuk terus melakukan aktivitas rutin di Seminari, seperti refleksi ataupun bacaan rohani, hal ini bukan disebabkan karena saya sudah malas untuk berefleksi maupun bacaan rohani, akan tetapi lebih dikarenakan saya memiliki waktu yang kurang untuk dapat melakukan aktivitas tersebut hanya untuk belajar. Belajar memang hal yang juga saya pentingkan dalam menapaki panggilan ini, karena saya merasa bahwa nilai –nilai pelajaran saya di Sekolah kurang memberikan respon positif, maka saya seringkali menggunakan waktu lebih untuk belajar. Dan akhirnya kegiatan rutin di Seminari terkadang terlewatkan yang sebenarnya tidak ingin saya lewatkan.

Sebelum saya memulai retret di Canossa yang berlangsung tanggal 15-18 Desember 2009 ini, saya mencoba untuk membuka kembali catatan refleksi saya saat retret kelas 1 di Cibulan yang menurut saya banyak yang memberikan saya input-input baru untuk memperkuat panggilan saya di Seminari. Saat itu retret dibawakan oleh Pater Hendro Subekti, SJ. Saat itu ditiap sessinya, saya selalu mendapatkan hal-hal yang bermakna yang diberikan oleh Rm. Hendro dan saya catat input-input tersebut. Sayapun juga memiliki harapan dimana nantinya retret di Canossa juga akan semakin memantapkan tujuan saya yang saya cari di Seminari Menengah Wacana Bhakti untuk menjadi seorang Imam.
Sebelum saya melakukan retret ini sebelumnya saya tidak memiliki perselisihan yang ataupun permusuhan antara teman sekomunitas, karena saya yakin mereka sudah memahami diri saya dan saya juga sudah memahami diri mereka. Dan saya pribadi juga tidak memiliki perselisihan antara orang tua, dikarenakan saya saat kelas KPP pernah mengalami perselisihan saat orang tua kunjungan dan saya merasa sangat tidak enak dengan mereka saat mereka sudah kembali ke rumah dari kunjungan. Dan saya tidak mau mangulangi kejadian seperti itu kembali hanya karena perbedaan pendapat. Jadi, menurut pribadi saya, saya sampai kali ini tidak memiliki permusuhan yang berarti antara teman sekomunitas maupun orang tua saya, maka saya juga berharap pada diri saya saat retret berfikir secara individu tanpa memikirkan tuntutan lingkungan agar menjadi Imam, saya ingin mencoba untuk memilih jalan hidup secara pribadi.

Tibapun saat retret, tanggal 15 Desember 2009, saat-saat dimana saya harus dapat mengolah panggilan saya lebih baik dan memantapkan diri saya untuk mendapatkan tujuan yang saya cari. Saat saya mengikuti awal retret ini saya merasa sangat bersemangat untuk dapat lebih tahu mendalam tentang apa saja yang manjadi pergulatan batin saya saat ini dan memastikan apakah saya benar-benar terpanggil untuk menjadi seorang Imam.

Dalam mengikuti retret ini, saya merasa bahwa saya ternyata memiliki beberapa pergulatan hidup yang semakin terlihat atau tampak setelah saya menjalani retret ini. Doa-doa pribadi yang banyak semakin menyadari diri saya, bahwa apakah saya benar benar memiliki motivasi dalam diri sendiri selain juga untuk membahagiakan orang tua, dan saya sadari bahwa motivasi yang hanya untuk membahagiakan orang tua itu tidak akan bertahan lama, karena saya sadar bahwa yang terpenting adalah bagaimana saya dapat bahagia menapaki jalan panggilan saya yang bersifat personal. Oleh sebab itu saya mengikuti doa pribadi selalu berdoa dan memikirkan untuk masa depan saya yang akan saya tentukan sendiri bukan dari lingkungan saya. Maka saya semakin sadar akan pentingnya doa pribadi sebagai pengolahan diri saya untuk menjadi lebih baik.

Berhasil atau tidaknya proses retret ini menurut saya tergantung dengan pribadi orang yang mengikuti retret saat ini. Doa pribadi adalah sarana yang baik untuk mengetahui disposisisi batin saya. Disana saya amencoba untuk terbuka dengan diri saya sendiri untuk mencari tahu pergulatan batin saya untuk menjadi seorang Imam. Dalam proses bimbingan retret ini saya merasa cukup terbuka dengan pembimbing saya ini, apalagi ada saat-saat melakukan pengakuan dosa, saya memberitahukan diri saya secara apa adanya. Oleh sebab itu, pengalaman doa yang membuat saya memiliki niat untuk mengubah cara hidupku yang lama adalah pengalaman saat saya berdoa sendiri menghadap Bunda Maria. Disana saya dapat benar-benar berdoa pribadi untuk dapat lebih memantapkan diri saya dimasa depan saya .

Oleh sebab itu, sampai sekarang saya masih bersemangat untuk tetap menjalani hidup saya di Seminari yang merupakan cara untuk memperlihatkan hasil atau guna dari retret yang saya jalani. Saya juga selalu berharap pada diri saya sendiri untuk tidak menjalani panggilan ini dengan kehendak orang lain, melainkan dengan kehendak pribadi saya sendiri. Saat di Canossa saya juga membuat komitmen yang sebisa mungkin akan saya capai demi keberhasilan hidup saya. Dalam komitmen itu saya membuat memenuhi aspek 4 S di Seminari ini. Saya akan berusahan untuk tidak melanggar peraturan yang ada di Seminari sebagai wujud konkrit semangatku.

Saya juga mencoba untuk selalu jujur terhadap diri saya sendiri komunitas , pembimbing dan Tuhan dan tidak berusaha untuk bersembunyi di Komunitas besarku saja. Demi kemajuan diri sendiri untuk masa depan yang dibagikan untuk sesama saya. Semoga dengan retret ini saya semakin menghargai sesama dan Tuhan. Dan selalu dapat melihat diri saya sendiri secara apa adanya dalam menanggapi sapaan Tuhan kepadaku.

Orchest untuk misa Taize



Tanggal berapa ya?? Lupa sih,, intinya ini adalah kelompok orchestra,, mmm chamber deh tepatnya untuk mendampingi misa Taize di Paroki Santa Perawan Ratu, Blok Q. Misa Taize adalah hal baik untuk dibagikan, pemaknaan misa dapat lebih terasa dalam keadaan hening.^^

Hobi baru..

Gue tau,anak WB pada kurang tinggi, maka masa-masa ini kami(terutama gue) ingin memperpanjang tubuh.. dengan menekuni Hobi Baru.. main BAsket...^^




Live-in di Cilincing

Aku diterima apa adanya
Live-in sosial dimulai Rabu 7 oktober 2009, saya memulai perjalanan ke Cilincing pada pukul 07.30 dari Seminari Wacana Bhakti. Saat live-in sosial ini saya bersama dengan Elson dan Andre . Sebelum saya dan teman-teman saya menuju lokasi live-in, saya bergegas dahulu ke Paroki Kateral, tepatnya pada bagian Lembaga Daya Dharma(LDD), dimana LDD ini berfungsi untuk menghimpun pribadi atau sekelompok masyarakat yang memiliki jiwa sosial dalam berbagi terhadap sesama. Saya sampai di Katedral ini pada pukul 09.00, dan menunggu seseorang yang menjemput saya dan kedua teman saya untuk dibawa menuju tempat live-in higga pukul 10.00. Saat jam 10.00, kami dijemput oleh seorang bapak, yang bernama Pak Taher. Dengan sedikit menceritakan kondisi di tempat live-in nanti, pikiran kami langsung menerawang jauh perkiraan tempat live in nanti. Tak sabar untuk tinggal di Cilincing, Saya, Elson, Andre dan Pak Taher pun langsung bergegas menuju tempat live in di Cilincing dengan menggunakan taksi.
Setelah terbangun dan keluar dari taksi, saya langsung mencium hawa udara yang berbeda, bau amis sangat pekat sekali terasa. Taksi ini menghantar kami kedepan tumpukan sampah yang cukup menggunung. Dengan perlahan kami berjalan di tengah-tengah hamparan sampah untuk dapat masuk ke Kampung Bambu, dimana kampung ini merupakan kampung yang banyak dihuni oleh suku Bugis. Setelah melewati hamparan sampah, Saya mulai memasuki sebuah gang kecil menuju banyak gang tikus. Jalan yang saya lewati ini tidak dialasi oleh lapisan pasir ataupun semen seperti layaknya jalan yang biasa saya lihat, melainkan saya berjalan diatas urukan kulit kerang, rumah warga Kampung Bambu ini berbentuk rumah panggung, dimana pada awal mulanya Rumah masyarakat ini adalah rawa-rawa yang sangat luas. Suasana sepi siang hari ini membuat saya semakin penasaran untuk tahu lebih banyak tentang Kampung Bambu ini. Tidak terasa seteah berjalan kurang lebih 10 menit, saya sampai di Rumah Sekolah, dimana rumah sekolah ini adalah sekolah yang dibangun oleh Pak Taher dengan bantuan LDD untuk memberikan ilmu pengetahuan bagi anak usia 4-6 tahun yang benar-benar kurang mampu, karena Rumah sekolah ini sama sekali tidak memungut biaya dalam memberikan pendidikan untuk anak-anak yang kurang mampu di Kampung Bambu dan sekitarnya. Ini adalah tempat live in saya di Cilincing.
Setelah saya membenahi tas saya di dalam Rumah Sekolah ini, saya juga bekenalan dengan Bu Mini, salah satu pengajar di Rumah Sekolah ini dan juga orang yang memantau kami selama kami live in di Cilincing, karena rumah bu Mini ini terletak tepat di depan rumah sekolah. Setelah berkenalan dengan Bu Mini, Saya, Elson, Andre dan Pak Taher mulai berjalan menelusuri pelosok-pelosok daerah Nelayan ini, lewat jalan-jalan tikus, Saya akhirnya menemukan tepi pantai yang dipenuhi oleh kapal tradisional milik Nelayan. Disana saya diajak melihat tempat pemotongan besi-besi kapal yang sudah tidak berguna lagi untuk nantinya menjadi barang kiloan. Setelah berjalan menyusuri pantai selama 15 menit, sampailah kami ke KrematoriumI(Tempat pembakaran Mayat) Cilincing. Setelah saya merasa udara cukup panas dan bau amis yang sangat menyengat kami memutuskan untuk kembali ke Rumah Sekolah untuk beristirahat. Sebelum kembali ke Rumah Sekolah, saya dan yang lainnya menyempatkan diri unruk dating ke Rumah Dedengkot Kampung Bambu, yang katanya kampong bamboo ini adalah cikal bakal yang dibuat oleh Haji Gandring, yang tidak lain ialah ayah dari Pak Taher. Setelah bangun tidur, kami langsung ngatri mandi, yang ternyata di Kampung Bambu ini, sangat susah untuk mencari air bersih, jadi setiap rumah warganya menunggu giliran sebuah selang yang digilir tiap rumahnya. Jadi, kali ini, Saya, Elson dan Andre hanya mendapatkan satu bak mandi yang nantinya akan kami gunakan selama 4 hari 3 malam dan keperluan toilet bagi para pelajar yang bersekolah di Rumah Sekolah ini. Sorenya setelah mandi, ternyata sudah banyak anak-anak Kampung Bambu yang mengintip dari jendela luar, maka kami menggandeng anak-anak itu untuk masuk dan berkenalan lebih dekat dengan kami. Saya mulai mengenal beberapa nama baru, antara lain Oji, Dimas, Diana, Desi anak dari Bu Mini, Robi, Bayu, Habib dan masih banyak anak lainnya yang tidak dapat saya ingat. Menjelang malam, anak-anak Kampung Bambu semakin ramai berkunjung dan berbincang-bincang, serta bercerita dengan Saya dan teman-teman saya. Setelah anak-anak itu kembali ke rumah mereka asing-masing, sayapun beranjak pergi ke rumah Bu Mini dan juga berbincang dengan suaminya yang baru pulang dari kerjaannya, mengurus surat jalan kapal. Setelah jam menunjukan pukul 11.00 kamipun langsung bergegas tidur.
Setelah sekitar jam 01.00 kedinginan dan memulai hari Kamis 8 oktober ini dengan mencuci muka saja, sayapun langsung beranjak menuju keluar kampung bambu untuk mencari sarapan, dan akhirnya pagi ini saya sarapan Nasi uduk dengan harga yang bisa dibilang cukup murah. Setelah sarapan dengan nasi uduk dan kue ringan dari Bu Mini, sayapun menunggu jam 08.00 untuk mulai mengajar anak-anak Kampung Bambu yang sangat memerlukan pendidikan. Setelah jam 08.00 dan kelas sudah siap untuk dimulai, Bu Mini yang merupakan salah satu guru Rumah Sekolah ini mengajak anak-anak untuk berdoa dengan nyanyian, sehingga tercipta suasana belajar yang menarik. “ Bila aku berdoa, kuangkat tanganku.. Dengan suara lembut tidak berteriak… Doa sungguh-sungguh agar dikabulkan… Berdoa mulai.. Bissmillah hir…” itulah lirik dari lagu yang sengaja diciptakan oleh Bu Mini. Pagi ini dibuka oleh perkenalan diri Kami. Guru ini tidak hanya Bu Mini, melainkan masih ada Bu Mega yang cuti karena baru melahirkan, dan Bu Siti yang ternyata masih seumuran dengan saya. Acara belajar mengajarpun berlangsung dengan diawali gerakan-gerakan dan tarian dan dilanjutkan dengan menggambar. Dikelas A ini, saya merasa ada anak kecil yang bernama Yashinta Putri mencoba untuk dekat dengan saya, ia selalu minta bantuan dengan saya, anak ini menurut saya lucu akan tatapi ia memiliki latar belakang keluarga yang kurang baik, hal ini diceritakan oleh eangnya yang datang ke rumah sekolah untuk menghantarnya. Saya merasa saya langsung dipercaya warga sekitar bahwa maksud kedatangan saya baik di sini. Lalu, pada saat kelas B, saya mengajar B.Inggris, karena mereka tertarik untuk mencoba hal yang baru. Elson mengajarkan bahasa Inggris bagian-bagian tubuh dengan nyanyian-nyanyian. Setelah proses belajar mengajar selesai, saya langsung memilih untuk lekas tidur, saya merasa bahwa mengajar bukanlah hal yang mudah, tetapi adalah hal yang melelahkan, apalagi mengajar anak-anak yang masih berumur 4-6 tahun. Setelah terbangunm ternyata sudah ada anak-anak kampung bambu yang masih bermain di Rumah Sekolah ini. Setelah bangun dan makan siang, saya langsung ke rumah Bu Mini untuk belajar membuka kulit kerang, dimana karena disana itu mata pencaharian mereka sebagai pengupas kijing (Kerang ijo) yang dihargai 8.000 per kilo, dan saya pribadi mendapatkan kerang saberat 1 kilo itu lama sekali proses pengumpulannya. Lalu karena kaki saya mulai kesemutan, saya pun mengistirahatkan kaki sejenak. Setelah jam 18.00/Magrib, saya kembali ke Rumah Sekolah untuk istirahat. Tetapi sebelum pulang, saya disuruh ibu Mini untuk mencari kerang yang lumaya besar untuk di “fried chicken”kata warga disana. Lalu, ternyata saat anak-anak di rumah sekolah yang biasa diajarkan mengaji oleh ibu Mini, hari ini berbeda, dimana mereka tidak mau belajar mengaji, tetapi lebih ingin diajari Bhs. Inggris oleh kami bertiga. Lalu [erlajaran bahasa inggris ini dilanjutkan dengan bermain bersama. Suasana sangat ramai di Rumah Sekola ini. Setelah jam 10.00, Andre dan Elson telah tertidur, dan saya masih dapat terbangun karena tidur tadi siang sangat lama. Karena saya bosan tidak bisa tidur, saya memutuskan untuk pergi menonton dangdutan (acara kondangan warga), disana saya melihat banyak orang yang bergoyang bersama untuk mengakrabkan suasana. Setelah bosan melihat dangdutan ini, sayapun memutuskan untuk kembali bermain Playstation ke rental bersama Supri. Setelah sekitar 1 jam saya tengah bermain sayapun kembali ke Rumah sekolah. Walaupun telah menonton dangdutan rasa kantukpun tetap tidak ada, maka sekitar jam 1 pagi, saya masih melamun di saung depan Rumah Sekolah. Tiba-tiba warga di depan rumah bu Mini keluar rumah dan mengajak saya berbincang-bincang dirumahnya. Suasana ramahpun saya dapatkan disini, karena mereka adalah suku bugis yang dapat menerima orang apa adanya. Setelah sekitar mengobrol sampai jam 2.30, sayapun memutuskan untuk kembali ke Rumah Sekolah untuk tidur, saat saya membuka pintu tiba-tiba sesosok badan yang kecil berlari menyapari saya,saya kaget, setelah saya menegaskan pengelihatan saya, ternyata itu adalah Supri. Supri kembali ke rumah sekolah karena Supri takut dirumah sendirian, karena kedua orang tuanya belum pulang, jadi sayapun menemani tidur dirumahnya.
Setelah terbangun pagi ini, Jumat 9 oktober, sayapun langsung kembali ke rumah sekolah, dan ternyata saya dicari-cari oleh warga sekitar rumah sekolah, sayapun sangat kaget, karena ternyata saya dicari penduduk disana. Lalu saya mencari Elson dan Andre yang katanya sedang mencari saya dan juga sedang membeli makan. Setelah makan, jam 8.00, Saya, Andre, Elson, Siti dan bu Mini kembali mengajar anak-anak kecil, Susanapun lebih cair ketimbang saat kami bertemu awal kali. Ada satu anak yang selalu tertawa terus apabila melihat saya, namanya adalah Yashinta Putri, anak ini menurut sangat lucu, karena kemarin meminta saya untuk menggambar bunga dan hari ini menyuruh saya mengajarkan berjoget dalam bahasa inggris. Setelah pelajaran sekolah yang berlangsung 2 jam ini selesai, Kami semua berbincang dengan Pak Taher, dengan tujuan nanti sore kami diajak pergi jalan-jalan mengitari Kampung bambu ini oleh Siti. Jadi, setelah perkumpulan ini selesai, kamipun langsung tertidur, karena kami merasa kelelahan. Sorenya sekitar jam 15.30, kami kerumah bu Mini untuk berkumpul dan bersama-sama pergi mengitari Cilincing, saya menyusuri pantai, melihat tempat pemotongan kapal, ke Rumah Suster Cinta Kasih dan selama dperjalanan kai selalu berbincang-bincang sebagai sarana menambah pengetahuan kami bertiga. Karena sudah magrib, kami putuskan untuk mandi terlebih dahulu dan berkumpul kembali sekitar jam 19.00. Setelah jam 19.00, saya dan yang lainnya serta pak Taher kembali berkumpul di rumah bu Mini, malam ini setelah makan”fried chicken”ala kampong bambu, kamipun melakukan perjalanan kembali. Perjalanan malam ini lebih jauh dibandingkan sore tadi. Selama perjalanan kami melewati rumah pak Taher, ke jembatan kampong nelayan, yang katanya sering sekali terjadi penjamberetan dan pencopetan pada malam hari, juga kami melewati banyak tempat prostitusi di daerah kampong nelayan ini. Setelah menyusuri kota kecil ini, kami putuskan untuk kembal berpencar ke rumah masing-masing untuk tidur, karena tidak dapt dipungkiri, kaki ini sangat pegal dan lelah. Setelah kami berpisah dengan Siti dan Pak Taher, kamipun tidur kembali di Rumah Seklah.
Sabtu,10 Oktober kami bangun jam 06.00, setelah cuci muka kami berjalan mencari nasi usuk untuk sarapan kami. Disana tiba-tiba saya mendengar suara anak kecil, kak Jatra, ternyata saya bertemu kembali dengan Yashinta Putri, maka saya, Yashinta Putri dan neneknya berbincang-bincang sejenak sembari menunggu nasi uduk disiapkan. Setelah saya berpamitan dengan Puput dan nenknya, saya kembali ke Rumah Sekolah untuk makan. Setelah makan dan bersiap-siap untuk kembali ke Seminari, sayapun berpamitan dengan bu Mini dan mengucapkan terima kasih banyak atas segala bantuannya selama saya di sini. Lalu, setelah pak Taher menjemput kami, kamipun dibawa untuk ditunjukan arah jalan pulang oleh pak Taher dan kami pamitan dengan Pak Taher yang juga sangat berperan besar saat saya live-in di Cilincing ini.
Dari perjalanan hidup 4 hari 3 malam ini, banyak sekali buah-buah refleksi yang bisa saya ambil, dimana saya melihat adanya perjuangan hidup dari masing-masing pribadi disana yang sangat kuat. Mereka bagi para lelaki biasanya setiap siang hari bekerja dilaut lepas untuk berternak kerang hijau. Selain melihat perjuangan hidup yang begitu tunggi, saya melihat bahwa saya harus belajar banyak dari penduduk disana atas kerendahan hati mereka, dimana disana kami diterima apa adanya, mereka memberikan dari kekurangan mereka. Saya merasa saya sangat diterima dengan baik dengan penduduk disana, terutama saya merasa sangat diterima dengan anak-anak cilincing dimana saya dan kedua teman saya setiap harinya selalu menemani teman-teman cilincing ini untuk bermain bersama dirumah bambu ini. Mereka dapat menerima kami apa adanya tanpa melihat fisik kami. Saya yang terlihat seperti orang chinesse ini tetap mereka terima dengan baik, apalagi saat setelah saya enonton dangdutan dan saya ngobrol bersama dengan salah satu penduduk disana hingga larut pagi. Saya merasa mereka adalah orang-orang yang ramah, walaupun secara fisik meemang meraka terlihat seperti preman. Mereka adalah orang-orang yang terbuka, mereka bercerita apa adanya dan saya merasa sangat senang dapat saling berbagi wawasan dengan mereka. Warga penduduk di daerah ini sangat senang sekali untuk berkomunikasi satu sama lain, mereka dapat secara cepat akrab dengan penduduk yang baru. Live in ini merupakan kenangan yang baik bagi diri saya.

Expo kosambi



Bingung mau nulis apa tentang expo kosambi.. sudah lama sih.. jadi inget2pake voto aja deh^^

LOMBA BKSN

Tanggal 4, September : Ikut Lomba Menggambar BKSN bareng Stella sama Bismo..Moga-moga aja menang
Tanggal 5, September : Ikut Lomba Band BKSN, PACOOL BAND.. moga aja menang..!!

AMIN..^^ ... dan ternyata menang bandnyaaa.. juara 1 lho.. tapi gambarny kalah..-_-

Kemana gue selama 20 detik??

Minggu 30, Agustus 2009

5 detik leher dijerat dan ditiban
5 detik digoncang
10 detik ditarik dan dibawa ke alam beda

Kejadian ini emang sering menghampiri saya, tapi kali ini beda. Malam ini sekitar jam 12, saya hanya melihat sosok badan besar yang samar, toh Saya, Gery, Deta dan Endar masih ngobrol panjang lebar. Sambil dengan posisi tertidur di ranjang, tiba-tiba sosok besar tadi menghampiri dan hadir di atas saya. Berat dan ga bisa nafas, itulah perasaan yang saya rasakan dan membuat keadaan menjadi tidak nyaman. Teriak? Gabisa! Bergerak? Apalagi...
Setelah ditiban saya merasa seluruh badan saya digoncangkannya dan kemudian saya merasa ada yang menarik roh saya untuk dipaksa keluar dari dalam diri. Semakin saya fokus untuk mengembalikan tubuh saya dalam keadaan semula, malah saya semakin tak berdaya dan lemas, malah saya makin merasa kuping saya berdengung semakin kuat serta mata saya dipaksa tertutup. Panik? Jelas!! Sempat terlintas dipikiran saya,"apakah saya mau dibawa untuk meninggal?". Kejadian ini terjadi sangat cepat namun menyakitkan. Saya tahu ini bukan mimpi, dan saat itu saya juga mendengar ada yang berbicara dengan suara lantang, tapi saya tidak dapat menangkap seluruh isi perkataan orang yang berteriak dengan lantang tersebut, saya hanya mendengar ia berkata "...............saudara..,, huahaaaaahaa", mungkin memang terlihat lucu, tapi memang inilah yang terjadi. Kejadian ini saya langsung beritakan kepada ketiga teman saya tersebut. Dan perlu diingat, saat saya mengembalikan dalam posisi keadaan awal, saya mendoakan salam maria.

Liburan '09 di Yogyakarta


Hari selasa 23 juni'09 perjalanan saya dimulai dari Tn. Abang menuju Yogyakarta bersama dengan Gery, Aji, Yudhi dan Hasan dengan menggunakan kereta ekonomi. Kelamaan perjalanan terasa membosankan apalagi banyak pengamen yang seringkali meminta uang secara paksa. Perjalanan ke Yogyakatra ini pun akhirnya sampai rabu pagi dan langsung dilanjutkan ke rumah eyangnya Aji. Sesampainya di rumah eyang, kami merebahkan badan dan sore harinya kami ber5 ngedawet bersama di sepanjang pelataran jalan raya Godean. Dan akhirnya dengan onthel yang kami bawa, kamipun berfoto-foto dengan background Gn Merapi dan hamparan sawah yang sangat luas.


Hari kamis kami lalui dengan pergi ke Malioboro dan Kraton Yogyakarta dari pagi sampai malam hari. Perjalanan memang terasa amat jauh dan panjang, tetapi karena kebersamaan kami ini mengurangi rasa lelah kami sehingga perjalanan kamipun tak terasa jauhnya. Mmmm.. banyak barang dari malioboro yang saya beli, sehingga saat kami makan malam bersama di pinggir jalan, saya hanya makan dengan komposisi Nasi-Tahu-Tempe aja karena uang yang saya bawa tak mencukupi untuk membeli ayam maupun pecel lele seperti ke4 teman lainnya. Di Kraton kamipun mencoba melewati ke2 celah pohon beringin dengan tutup mata sesuai dengan mitos yang ada. Dan akhirnya tidak ada yang berhasil.

Hari Jumat perjalanan kami menuju ke Kaliprogo, saya sangat tertarik melihat Sungai Kali progo, maka tanpa basa-basi, saya melintasi sungai sepanjang itu, dan ternyata kaki saya ada yang Robek terbeset oleh benda tajam didasar permukaan sungai. Saat malam harinya, dimana saya dan teman lainnya berbincang-bincang di pematang sawah sambil melihat bintang, kamipun tiba-tiba dihampiri oleh 2 orang berbadan besar, dan ternyata mereka adalah tentara yang sedang beroperasi di daerah ini, kami berlima dikira pembuat onar, maka kamipun berkata sejujurnya, bahwa kami hanya nongkrong saja, dan mereka biasa berputar di daerah ini karena memang seringkali ada penjambretan di daerah gelap ini. Hmmppfff.. daerah yang cukup ekstrem..-_-

Sabtu yang menyenangkan, dimana saya dan keempat teman saya mendapat tamu dari jakarta, paroki kampung sawah, mereka datang dan menginap di rumah aji sambil nantinya berpariwisata di Yogya. Maka, kami ber5 diajak bersama untuk pergi berkeliling yogyakarta, dan terutama saya hari ini mengitari beberapa goa maria, diantaranya goa maria ganjuran, goa meria sendang jatiningsih dan goa maria sendangsono. Hari ini saya mencoba untuk dapat mendekatkan diri saya dengan maria, karena saya sadar, bahwa saya ini seminaris.

Hari Minggu ini, kami semua berpisah.... saya kembali ke rumah simbah saya dan bertemu pula dengan nenek saya. Lalu setelah saya bertemu simbah saya, sayapun diajak oleh nenek saya menginap di hotel the cangkringan, tempat perhotelan yang menurut saya kali ini sangat menarik, dimana banyak sekali fasilitas yang dapat didapatkan dibandingkan hotel lainnya. Disini saya mengalami tulang kelingking yang bergeser, setelah saya menolong saudara saya yang berumur 6 tahun saat naik sepeda di jalan raya. Kejadian yang ngak usah diingat.^^setelah itu, sayapun pergi berjalan" ke malioboro(lagi) tetapi hanya makan di warung pa ndut dan membeli satu baju.

Senin pagi, saya breakfast di the cangkringan, lalu setelah checkout, kami langsung pergi ke kaliurang, dan saya disana naik gunungnya.. pemandangan kurang bagus, karena gunung merapinya ditutupi dengan banyaknya awan.-_-, hari ini, kami menginap di hotel Jayakarta, disini saya hanya OL saja, tidak banyak melakukan aktivitas, selain berenang. Selasanya, saya makan buffet di Jayakarta Hotel, setelah kenyang dan check out, saya kembali pergi ke Goa Maria Sendangsono, untuk berdoa kembali, dengan keluarga saya. Kali ini saya mencoba berdoa kontemplasi sendiri tanpa ikut berdoa bersama dengan keluarga saya. Mencoba hal baru.

Rabunya, saya langsung pulang ke Jakarta, karena perjalanan sangat macet dan tidak mungkin untuk terus berlama-lama didalam mobil, kamipun kembali pergi ke Hotel Sendang Sari untuk istirahat sejenak, dan akhirnya kami sekeluarga kembali ke Jakarta dengan selamat.Thx God

Exposure at Katedral Bandung

Exposure adalah kegiatan mencari panggilan lewat orchestra dan live in di paroki selama 2 kali dalam semester. Tgl 18-22 juni merupakan hari-hari dimana saya ikut sebagai seminaris yang membantu orkes pd bagian flute. Tgl 18, kami berangkat mnuju Fermentum(Seminari Tinggi Keuskupan Bandung). Sampai disana saya menempati tempat yang menurut saya nyaman. Setelah istrahat dan mandi, semianris dan frater fermentum pun berlatih bersama untuk perayaan misa hari sabtu dan minggu. Setelah malam ini ditutup dengan rekreasi bersama dengan permainan yang sangat menarik yaitu "berpacu dalam melodi", sayapun langsung mencari bantal dan tidur dalam sekejap. Sabtu, setelah misa pagi dan sarapan, kami pergi ke saung udjo, wow, awalnya saya sangat tidak tertarik, tetapi setelah acara telah berjalan, saya amat sangat betah berlama-lama tinggal disini. Setelah kurang lebih 2 setengah jam, saya langsung kembali ke Fermentum. Lalu setelah sekitar jam 5, saya bersama choir keuskupan bandung, latihan bersama di katedral bandung. Setelah latihan bersama, saya merasa bibir saya semakin tidak enak, Mmm semakin tebal. Setelah latihan bersama, pembagian rumah live in. Saya menunggu giliran saya dipanggil hingga sampai di akhir-akhir. Sayapun akhirnya mendapat keluarga yang bernama bu Budi. Malam ini langsung saya habiskan dengan berbincang-bincang sebentar dengannya hari ini, dan langsung saja saya tidur.
Pagi harinya, saya merasa sangat bosan, terutama saat bu Budi ini meninggalkan kami bertiga sendirian di rumah yang bisa dibilang sangat besar. Maka saya dan Yoka, meninggalkan Musa yang sedang menonton televisi untuk mencari warnet terdekat. Setelah berputar melintasi kota Bandung yang lumayan besar, saya sama sekali tidak menemukan warnet disini, maka kami berdua memutuskan untuk kembali ke rumah live in kami. ternyata, sesampainya dirumah, bu Budi telah kembali, dan menyuruh bawahannya, yang bernama ibu Lilis. Setelah saya mendengar cerita ibu Lilis ini, ternyata Bu Budi merupakan pemilik 53 cabang Yogya Departement Store, pantas dia memiliki cara pembawaan pembicaraan yang sangat menarik. Saya juga dikenalkan dengan manager perusahaannya di Ciwalk(Ciampelas Walk) yaitu bu Sumi, dimana bu Sumi ini mirip sekali dengan mantan pacar saya. Lalu saya diajak ke Riau Junction, dimana Bu Lilis yang me-manager departement store Yogya disini, dan Mal terakhir yang saya singgahi adalah PVJ/Paris Van Java yang di pimpin oleh ibu Shannon. Saya merasa dihormati sekali berjalan dengan Bu Lilis, tak bisa dibayangkan apabila saya berjalan dengan Bu Budi, ckckck. Setelah saya pulang, saya langsung saja bersiap siap untuk orkestra Sabtu Malam. Orchestra di Katedral ini sangat meriah, antusias para penonton pun sangat baik dengan menyambut hangat kami, para seminaris. Setelah pulang dari Katedral Bandung, ternyata ada beberapa mudika yang sudah menunggu kami, saya berkenalan dengan Anton, Stella, Cristal, Jean, Raymond, mereka semua terlihat menarik, akan tetapi mereka jauh lebih tua daripada saya. Setelah kami berbincang-bincang selama 2 jam dalam keadaan lumayan garing, kamipun menyelesaikan pertemuan kami dengan voto bareng... Setelah 5 menit mereka pulang dari rumah live in saya, tiba-tiba suami Bu Budi pun datang dari Jakarta setelah bermain Golf. Perbincangan pun tak terelakan.hummppfff...-_-
Lalu pada minggu pagi, saya langsung berangkat menuju katedral sebagai kolektan misa 1 dan2. Lalu Orchestra diadakan siang hari dan malam hari,Setelah itu diadakan pelepasan dengan orang tua Live in. Kami sangat senang, karena diterima baik oleh para Orang Tua live in. Dan langsung kembali ke Fermentum.
Senin harinya, kami berpisah dengan Para Frater Fermentum..dan kembali ke Jakarta dengan keadaan bahagiaa..karena liburan pun menunggu kami...^^, goes to yogya!!

Graduation day

Kali ini, saya ikut membantu mengiringi Wacana Bhakti Symphoni orchestra, dalam meramaikan acara graduation day SMA Kolese Gonzaga pada tanggal 13 juni 2009, lagu-lagu yang kita mainkan antara lain, the final countdown, anak betawi, pomp and circumtance, dll... wuih sport hall SMA Gonzaga terasa megah..
Maka, saya merasa juga senang dapat membantu teman-teman dalam merayakan graduation day ini. Walaupun kita juga sedang mempersiapkan expo bandung,
tapi kami mencoba juga dapat bermain di graduation day dengan bagus dan menarik sebagai tanda perpisahan kami dengan kelas 12 gonzaga.
Acara pelepasan dilanjutkan dengan makan. Inilah yang saya tunggu-tunggu setelah sangat lelah bermain orchestra.^^

Studi Ekskursi Kolese Gonzaga oleh KOMPAS

Studi ekskursi yang didampingi oleh tim dari KOMPAS ini berlangsung dari tanggal 3-5 juni 2009 tepatnya setelah ujian sekolah selesai.
Mmm.. ini adalah kelompok saya.. tidak segini doang, tapi masi banyak yang lain... kita semua sangat kompak dan redaksi ini mengeluarkan koran "BUTA"(Buka Mata).. yaa... menarik bagi kami tim Redaksi..^^.
Di tanggal-tanggal ini saya amat sangat kurang tidur... yang jelas mengerjakan koran ini.. dan walaupun kita semua ga menang, tapi saya merasa kami sangat dekat dan kompak... ga juara gapapa..Hahahaa...
Harus dapat rendah hati walaupun unggul, jika terjatuh, coba untuk berdiri kembali..(E.Albert.JS)

Perjuangan gw di sekolah..



























Cape.. Lelah...Tidurlah..hahaaa