Refleksi Retret di Canossa, Tangerang






“Segalanya butuh persiapan”, berawal dari seluruh pengalaman saya sebelum memulai retret, saya merasa kegiatan saya di Seminari ini berkurang kepadatannya terutama saat masa-masa setelah ulangan umum. Disaat-saat ini saya memperbanyak waktu istirahat saya, karena saya sadari diri saya memiliki fisik yang kurang baik selain juga untuk dapat menpersiapkan fisik saya nanti saat retret di Canossa yang dibawakan oleh Rm. Adi Prasojo agar saya dapat mendapatkan makna dari retret yang saya cari dan mau diberikan oleh Romo Pembimbing.

Perasaan ataupun disposisi batin yang yang saya hadapi sebelum mengikuti retret kelas 2 ini adalah bahwa saya memiliki keadaan diri yang sedang konsolasi ataupun sedang tidak memiliki niat sama sekali untuk menyelewengkan tujuan saya di Seminari, walaupun memang tidak dapat dipungkiri, bahwa saya memiliki beberapa hambatan untuk terus melakukan aktivitas rutin di Seminari, seperti refleksi ataupun bacaan rohani, hal ini bukan disebabkan karena saya sudah malas untuk berefleksi maupun bacaan rohani, akan tetapi lebih dikarenakan saya memiliki waktu yang kurang untuk dapat melakukan aktivitas tersebut hanya untuk belajar. Belajar memang hal yang juga saya pentingkan dalam menapaki panggilan ini, karena saya merasa bahwa nilai –nilai pelajaran saya di Sekolah kurang memberikan respon positif, maka saya seringkali menggunakan waktu lebih untuk belajar. Dan akhirnya kegiatan rutin di Seminari terkadang terlewatkan yang sebenarnya tidak ingin saya lewatkan.

Sebelum saya memulai retret di Canossa yang berlangsung tanggal 15-18 Desember 2009 ini, saya mencoba untuk membuka kembali catatan refleksi saya saat retret kelas 1 di Cibulan yang menurut saya banyak yang memberikan saya input-input baru untuk memperkuat panggilan saya di Seminari. Saat itu retret dibawakan oleh Pater Hendro Subekti, SJ. Saat itu ditiap sessinya, saya selalu mendapatkan hal-hal yang bermakna yang diberikan oleh Rm. Hendro dan saya catat input-input tersebut. Sayapun juga memiliki harapan dimana nantinya retret di Canossa juga akan semakin memantapkan tujuan saya yang saya cari di Seminari Menengah Wacana Bhakti untuk menjadi seorang Imam.
Sebelum saya melakukan retret ini sebelumnya saya tidak memiliki perselisihan yang ataupun permusuhan antara teman sekomunitas, karena saya yakin mereka sudah memahami diri saya dan saya juga sudah memahami diri mereka. Dan saya pribadi juga tidak memiliki perselisihan antara orang tua, dikarenakan saya saat kelas KPP pernah mengalami perselisihan saat orang tua kunjungan dan saya merasa sangat tidak enak dengan mereka saat mereka sudah kembali ke rumah dari kunjungan. Dan saya tidak mau mangulangi kejadian seperti itu kembali hanya karena perbedaan pendapat. Jadi, menurut pribadi saya, saya sampai kali ini tidak memiliki permusuhan yang berarti antara teman sekomunitas maupun orang tua saya, maka saya juga berharap pada diri saya saat retret berfikir secara individu tanpa memikirkan tuntutan lingkungan agar menjadi Imam, saya ingin mencoba untuk memilih jalan hidup secara pribadi.

Tibapun saat retret, tanggal 15 Desember 2009, saat-saat dimana saya harus dapat mengolah panggilan saya lebih baik dan memantapkan diri saya untuk mendapatkan tujuan yang saya cari. Saat saya mengikuti awal retret ini saya merasa sangat bersemangat untuk dapat lebih tahu mendalam tentang apa saja yang manjadi pergulatan batin saya saat ini dan memastikan apakah saya benar-benar terpanggil untuk menjadi seorang Imam.

Dalam mengikuti retret ini, saya merasa bahwa saya ternyata memiliki beberapa pergulatan hidup yang semakin terlihat atau tampak setelah saya menjalani retret ini. Doa-doa pribadi yang banyak semakin menyadari diri saya, bahwa apakah saya benar benar memiliki motivasi dalam diri sendiri selain juga untuk membahagiakan orang tua, dan saya sadari bahwa motivasi yang hanya untuk membahagiakan orang tua itu tidak akan bertahan lama, karena saya sadar bahwa yang terpenting adalah bagaimana saya dapat bahagia menapaki jalan panggilan saya yang bersifat personal. Oleh sebab itu saya mengikuti doa pribadi selalu berdoa dan memikirkan untuk masa depan saya yang akan saya tentukan sendiri bukan dari lingkungan saya. Maka saya semakin sadar akan pentingnya doa pribadi sebagai pengolahan diri saya untuk menjadi lebih baik.

Berhasil atau tidaknya proses retret ini menurut saya tergantung dengan pribadi orang yang mengikuti retret saat ini. Doa pribadi adalah sarana yang baik untuk mengetahui disposisisi batin saya. Disana saya amencoba untuk terbuka dengan diri saya sendiri untuk mencari tahu pergulatan batin saya untuk menjadi seorang Imam. Dalam proses bimbingan retret ini saya merasa cukup terbuka dengan pembimbing saya ini, apalagi ada saat-saat melakukan pengakuan dosa, saya memberitahukan diri saya secara apa adanya. Oleh sebab itu, pengalaman doa yang membuat saya memiliki niat untuk mengubah cara hidupku yang lama adalah pengalaman saat saya berdoa sendiri menghadap Bunda Maria. Disana saya dapat benar-benar berdoa pribadi untuk dapat lebih memantapkan diri saya dimasa depan saya .

Oleh sebab itu, sampai sekarang saya masih bersemangat untuk tetap menjalani hidup saya di Seminari yang merupakan cara untuk memperlihatkan hasil atau guna dari retret yang saya jalani. Saya juga selalu berharap pada diri saya sendiri untuk tidak menjalani panggilan ini dengan kehendak orang lain, melainkan dengan kehendak pribadi saya sendiri. Saat di Canossa saya juga membuat komitmen yang sebisa mungkin akan saya capai demi keberhasilan hidup saya. Dalam komitmen itu saya membuat memenuhi aspek 4 S di Seminari ini. Saya akan berusahan untuk tidak melanggar peraturan yang ada di Seminari sebagai wujud konkrit semangatku.

Saya juga mencoba untuk selalu jujur terhadap diri saya sendiri komunitas , pembimbing dan Tuhan dan tidak berusaha untuk bersembunyi di Komunitas besarku saja. Demi kemajuan diri sendiri untuk masa depan yang dibagikan untuk sesama saya. Semoga dengan retret ini saya semakin menghargai sesama dan Tuhan. Dan selalu dapat melihat diri saya sendiri secara apa adanya dalam menanggapi sapaan Tuhan kepadaku.