Seminari Kecilku, Keluarga

Aku membutuhkan sesamaku. Liburan ini banyak memberikan input ataupun masukan kepada diri saya. Awal liburan Natal 2009 dan Tahun Baru 2010 ini saya sempat merasa kecewa dimana saya melihat singkatnya liburan yang selalu saya anggap proses untuk mensharingkan keadaan saya di Seminari di keluarga saya, yang saya anggap seminari kecil. Berkumpul dengan keluarga merupakan ritual yang sungguh saya nanti-nantikan saat menjelang liburan. Memang, dalam menjalani proses panggilan ini saya juga harus belajar untuk dapat jauh dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga, karena perlu disadari saat nantinya menjadi Imam pasti secara tidak langsung akan jauh dari keluarga.
Menjalankan pangilan bukan paksaan melainkan panggilan adalah memerlukan proses. Disini saya tersadar bahwa saya awalnya memang menjalankan panggilan dengan banyak tuntutan yang dengan cara dukungan besar dari keluarga besar saya, maka mulai saat ini saya sadar bahwa panggilan saya harus berjalan dengan personal walaupun memang dalam perjalanannya terkadang pasti ada karena sebab dukungan orang lain. Dalam liburan ini saya dan keluarga saya mencoba atau bahkan sudah melakukan untuk berdoa bersama. Disini keluarga saya saling memberika ujud doa dan saya dapat menyimpulkan bahwa dalam doa ini kami barterima kasih, berharap dan memohon. Saya merasa semakin hari keluarga saya semakin hidup dalam keluarga katolik yang kuat. Saya setiap harinya mencoba untuk sebisa mungkin berada ditengah-tengah keluarga karena menurut saya liburan adalah cara terbaik untuk kembali meningkatkan rasa kebersamaan di tengah keluarga. Dalam liburan ini, setiap pagi saya dan adik saya pergi ke pasar untuk membeli nasi uduk, ya menurut saya kapan lagi saya dapat membantu orang tua saya. Menyapu dan mencuci piring juga saya lakukan dirumah karena saya tetap mengingat pesan dari romo Andi Gunardi dimana jangan meninggalkan jabatan sebagai seminaris.
Suatu saat saat ibu saya sakit, saya sebisa munkin dapat membantu pekerjaan yang biasa dilakukan ibu saya. Disini sangat terlihat dimana anggota keluarga yang lain dapat mengambil andil dalam peran dari pekerjaan yang biasa dilakukan oleh ibu saya, sebagai contoh ayah saya mencuci pakaian, saya dan kedua saudara saya yang lain membereskan rumah, menyapu dan mengepel dan lainnya. Pergi ke toko swalayanpun untuk membeli perlengkapan rumah saya lakukan bersama ayah saya. Saat tahun baru saya bersama ayah saya belum tidur untuk melihat kembang api yang sebenarnya baru kali ini ramai sekali di daerah komplek tempat tinggal saya. Hari terkhir saya di rumah entah kenapa sulit sekali untuk tidur. Liburan kali ini saya merasa jauh lebih nyaman daripada liburan saya sebelum-sebelumnya. Natalan bersama keluarga besar saya kali ini juga saya merasa semakin hangat, kami kali ini seluruh keluarga besar kumpul bersama dan tertawa satu sama lain.
Keluarga adalah seminari kecil menurut saya. Di keluarga saya diajarkan banyak hal untuk berkembang. Liburan ini memberikan banyak makna bagi pengembangan diri saya. Di keluarga saya juga harus tetap mencoba berbagi bersama anggota keluarga dalam hal makanan ataupun lainnya. Dari keluarga saya juga merasa dapat dikuatkan untuk terus maju sebagai calon Imam. Maka, salaa di tengah-tengah keluarga saya merasa dikuatka bukan malah merasa dilehmahkan, karena tidak sedikit seminaris yang kembali ke rumah dan terlalu dimanjakan di tengah keluarga malah sangat nyaman di tengah keluarga dan memutuskan untuk keluar seminari. Keluarga dalam natal sungguh Indah.